Niat Mengganti Puasa Ramadhan atau Qadha dalam Tulisan Arab dan Latin

Berikut ini bacaan niat mengganti puasa Ramadhan atau yang disebut dengan puasa qadha Ramadhan. Puasa qadha merupakan puasa yang dilaksanakan untuk mengganti atau membayar utang puasa Ramadhan. Puasa qadha dilakukan sebelum bulan Ramadhan berikutnya atau juga diperbolehkan menjelang bulan Ramadhan.

Bagi umat Muslim yang ingin mengganti puasa dapat melakukannya di hari apa saja, selama hari tersebut bukan hari haram untuk berpuasa. Selain itu, bisa juga dilakukan bersamaan dengan hari Senin atau Kamis untuk mendapatkan beberapa pahala puasa sekaligus. Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta, Shidiq, M.Ag melalui tayangan menjelaskan bahwa hukumnya wajib mengganti puasa atau membayar puasa di hari lain setelah Ramadhan.

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’in fardho syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ. Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT." Niat Mengganti Puasa Ramadhan atau Qadha dalam Tulisan Arab dan Latin

Bacaan Niat Puasa Ramadhan dan Doa Sahur dalam Tulisan Latin dan Arab Bacaan Doa Niat Puasa dan Berbuka Puasa Ramadhan Tulisan Arab, Latin, Artinya Inilah Batas Waktu Mengganti Utang Puasa Ramadhan dan Bacaan Niat Qadha Puasa Ramadhan

Niat Puasa Ramadhan dan Doa Berbuka Puasa Tulisan Arab, Latin dan Arti, Beserta Keutamaannya Niat Puasa Ramadhan: Arab, Latin, dan Terjemahan Apa Hukumnya Jika Terlambat Mengganti atau Qadha Puasa Ramadhan?

Bacaan Niat Puasa Syawal dalam Tulisan Arab dan Latin, Simak Beserta Artinya Allahumma Lakasumtu Wabika Aamantu Wa'Alaa Rizqika Afthortu Birohmatika Yaa Arhamar Roohimiin. Artinya : "Ya Allah keranaMu aku berpuasa, dengan Mu aku beriman, kepadaMu aku berserah dan dengan rezekiMu aku berbuka (puasa), dengan rahmat MU, Ya Allah Tuhan Maha Pengasih".

Beberapa ulama pun berpendapat, Shidiq mengatakan bahwa orang tersebut tetap boleh menjalankan ibadah puasa Ramadhan, namun dia harus segara membayar utangnya setelah bulan Ramadhan tersebut selesai. Namun, jika ada unsur kelalaian, maka selain mengqadha, orang tersebut dituntut untuk membayar fidyah. Fidyah merupakan kegiatan memberi makanan fakir miskin sebesar biaya makan dan minum dikalikan dengan jumlah hari orang yang bersangkutan ketika tidak melaksanakan puasa.

Fidyah ini juga berlaku bagi orang yang tidak sanggup berpuasa. Adapun kewajiban puasa qadha hingga membayar fidyah tertuang dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 184: Artinya: "(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al Baqarah ayat 184).

Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *