Multiple sclerosis adalah penyakit penonaktifan yang berpotensi mempengaruhi sistem saraf pusat, terutama otak, sumsum tulang belakang, dan saraf optik. Penyakit ini disebut juga progresif dari sistem saraf yang menyebabkan masalah komunikasi antara otak dan seluruh tubuh.
“Bisa menyerang siapa saja, anak muda, lebih banyak wanita daripada pria, dan biasanya antara kelompok usia 20 hingga 40 tahun,” kata Dr. Praveen Gupta, direktur neurologi di Fortis Memorial Research Institute, India, dilansir Indian Express.
Pada multiple sclerosis, sistem kekebalan mempengaruhi selubung pelindung yang disebut myelin, yang menutupi serabut saraf dan menyebabkan masalah komunikasi. Pada waktunya, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan atau kemunduran saraf yang sifatnya permanen.
Gejala dari kondisi ini sangat bervariasi dan terutama bergantung pada saraf mana yang terpengaruh dan jumlah kerusakan yang ditimbulkan. Penderita multiple sclerosis parah mungkin kehilangan kemampuan untuk berjalan sendiri, sementara yang lain mungkin menderita remisi untuk waktu yang lebih lama tanpa menunjukkan gejala baru.
Dr. Rahul Bhargava, direktur hematologi, onkologi dan transplantasi sumsum tulang Fortis Memorial Research Institute, Gurugram, India, mengatakan Multiple sclerosis dapat mempengaruhi semua kelompok usia, tetapi terutama terlihat pada kelompok usia 20 sampai 40 tahun. Hal ini cenderung mempengaruhi perempuan dibanding laki-laki dan perokok memiliki lebih banyak lesi dan penyusutan otak sehingga lebih mungkin menderita penyakit ini.
Gejala multiple sclerosis dapat bervariasi, namun yang paling umum adalah mati rasa pada satu atau lebih anggota badan. Ini biasanya terjadi di satu sisi tubuh pada satu waktu, misalnya pada kaki, kurangnya koordinasi, atau gaya berjalan yang tidak stabil. Ada juga orang yang merasakan sensasi seperti sengatan listrik yang mungkin terjadi di leher, terutama jika leher ditekuk ke depan. Penderita multiple scleroris kemungkinan akan sering buang air kecil, sembelit, kelelahan, tremor, otot-otot lema, serta kejang. Beberapa gejala lain dari multiple scleroris adalah penglihatan yang kabur, perubahan emosi, serta sulit berkonsentrasi.
Tidak ada tes khusus untuk mendiagnosis multiple sclerosis. Seringkali masalah ini dikesampingkan lantaran memiliki gejala dan tanda yang sama dengan penyakit lain. Dokter mungkin akan terlebih dulu mengambil riwayat medis dan pemeriksaan menyeluruh serta menyarankan beberapa hal untuk pemeriksaan seperti tes darah, untuk membantu menyingkirkan penyakit lain yang mungkin memiliki gejala yang mirip dengan multiple sclerosis.
Dokter melakukan pengambilan sampel dari tulang belakang untuk analisis laboratorium. Sampel ini dapat menunjukkan kelainan pada antibodi yang dapat dikaitkan dengan multiple sclerosis. Pengambilan sampel tulang belakang juga membantu menyingkirkan penyakit yang mungkin memiliki gejala yang mirip dengan multiple sclerosis.
Selain itu, pemeriksaan MRI dapat mengungkapkan area multiple sclerosis (lesi) pada sumsum tulang belakang atau otak. Bisa juga melakukan tes dengan menggunakan aliran listrik. Melalui tes ini, sinyal listrik dihasilkan oleh sistem saraf sebagai respons terhadap rangsangan, yang direkam. Elektroda mengukur kecepatan informasi mengalir ke jalur saraf.
Meskipun tidak ada obat yang pasti untuk multiple sclerosis, pengobatan biasanya berfokus pada memperlambat perkembangan penyakit, pemulihan yang cepat dari serangan dan tremor, dan mengelola gejalanya. Beberapa pilihan pengobatan yang biasa dianjurkan termasuk kortikosteroid, diresepkan untuk mengurangi peradangan saraf. Namun, kemungkinan ada beberapa efek samping seperti insomnia, tekanan darah naik, dan perubahan suasana hati.
Pertukaran plasma, di mana plasma dipisahkan dan dikeluarkan dari sel darah. Sel darah tersebut kemudian dicampur dengan albumin yang merupakan larutan protein dan dimasukkan kembali ke dalam tubuh. Perawatan pertukaran plasma ini adalah pilihan ketika gejala baru dan parah, dan tubuh belum merespons steroid dengan baik.
Mengatasi mobilitas dan keseimbangan. Untuk mengatasi hal ini, terapi fisik mungkin direkomendasikan dan obat-obatan seperti dalfampridine untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan. Untuk mengatasi tremor dari multiple sclerosis, alat bantu atau memasang beban pada anggota badan mungkin direkomendasikan untuk mengurangi guncangan.
Suntikan antikonvulsan atau alkohol dapat membantu meredakan neuralgia trigeminal atau rasa nyeri. Penderita multiple sclerosis mungkin mengalami kekakuan atau kejang yang menyakitkan, terutama di kaki. Relaksan otot dapat membantu mengurangi rasa sakit dan kekakuan.
Untuk mengurangi kelelahan akibat multiple sclerosis, bisa diberikan beberapa obat yang juga dapat membantu meningkatkan kecepatan berjalan pada beberapa orang. Obat-obatan juga dapat diresepkan untuk nyeri, depresi, insomnia, dan masalah kandung kemih yang berhubungan dengan multiple sclerosis. Konsultasikan dengan dokter sebelum meminum obat-obatan tersebut.