Apa Keistimewaan Taman Nasional Lorentz Papua Disebut UNESCO Warisan Alam Dunia?

UNESCO menyoroti proyek Taman Nasional Komodo NTT. Organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa ini mempersoalkan proyek pembangunan jalan Trans Papua. Pasalnya dalam proyek tersebut berdampak buruk pada Taman Nasional Lorentz.

Dilansir dari situs unesco.org, Taman Nasional Lorentz seluas 2,35 juta ha adalah kawasan hutan lindung terbesar di Asia Tenggara, satu-satunya kawasan lindung di dunia yang menggabungkan transek utuh dan berkelanjutan dari lapisan salju ke lingkungan laut tropis, termasuk lahan basah dataran rendah yang luas.

Daerah ini memiliki geologi yang kompleks dengan jejeran gunung yang berkelanjutan serta pemahatan besar oleh glasiasi. Selain itu, daerah ini juga menyimpan situs fosil yang memberikan bukti evolusi kehidupan di New Guinea, tingkat endemisme yang tinggi dan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di wilayah tersebut.

Uniknya lagi, di kawasan Taman Nasional ini telah diidentifikasi Tiga puluh empat jenis vegetasi dan 29 sistem lahan dengan sekitar 123 spesies mamalia yang tercatat, mewakili 80 persen dari total fauna mamalia di Irian Jaya. Serta mamalia yang tercatat termasuk duadari tiga monotremata dunia, yakni echidna berparuh pendek (Tachyglossus aculeatus), dan echidna berparuh panjang (Zaglossus bruijinii) endemik New Guinea.

Tak hanya itu, kawasan ini pun merupakan rumah bagi sejumlah besar spesies burung dengan kisaran terbatas (45) dan endemik (9). Kekayaan keragaman budaya juga tampak di wilayah ini, ada tujuh kelompok etnis, yang tetap mempertahankan gaya hidup tradisionalnya. Untuk kawasan dataran tinggi, masyarakatnya meliputi suku Amungme (Damal), Dani Barat, Dani Lembah Baliem, Moni dan Nduga, sedangkan di dataran rendah ada Asmat, Kamoro dan Sempan.

Melalui kekayaan alam yang masih terjaga di Taman Nasional Lorentz, UNESCO sangat menyayangkan proses pembukaan akses jalan sepanjang 205 kilometer di hutan tropis tersebut. Hal yang dapat memicu pembalakan liar juga sejumlah satwa pun terancam punah. Sayangnya megaproyek ini tetap berjalan meskipun Komite Pusat Warisan Dunia meminta dihentikan.

RAUDATUL ADAWIYAH NASUTION

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *