Kalau sempat jalan-jalan ke sekitar Banyumas, Jawa Tengah, kuliner satu ini tak boleh dilewatkan. Pastikan Anda mencicip atau bahkan membawa pulang getuk goreng khas Sokaraja.
Getuk yang biasanya memang berasal dari singkong yang direbus dan biasanya diberi parutan kelapa. Hampir mirip, getuk goreng juga terbuat dari singkong namun diolah juga dengan cara digoreng.
Hasilnya adalah kuliner dengan cita rasa manis, gurih dan legit sehingga membuat kuliner ini mudah disukai banyak orang.
Bukan saja soal cita rasanya yang menarik, getuk goreng punya kisah dibalik penemuannya. Getuk goreng ini ternyata ditemukan secara tidak sengaja.
Melansir indonesia.go.id, getuk goreng mulanya berasal dari getuk rebus biasa. Dulu, warga Banyumas sering memanfaatkan singkong sebagai makanan utama pengganti nasi, sehingga umbi itu diolah menjadi beragam makanan.
Konon getuk goreng merupakan temuan dari Sanpirngad, pedagang nasi rames dan jajanan keliling. Satu sajian yang kerap dijajakannya adalah getuk.
Lantaran berupa makanan basah, maka getuk yang dijualnya tidak mampu bertahan lama alias cepat basi. Menghadapi situasi itu, dia pun putar otak. Jadilah makanan dari getuk yang diproses dengan cara digoreng.
Ternyata getuk goreng disukai pembeli. Sanpirngad bahkan bisa mewariskan usahanya kepada anak menantunya bernama Tohirin. Di tangan Tohirin itulah, getuk goreng mencapai masa kejayaan.
Di tangan anak cucu Tohirin, bisnis kuliner itu kian berkembang. Terbukti, cukup banyak toko oleh-oleh yang menjual getuk goreng dan memasang label ‘Asli H Tohirin’. Walau begitu, belum bisa dipastikan, apakah penjual di toko berlabel serupa itu memang merupakan keturunan langsung dari Sanpirngad dan H Tohirin.
Sejak 2017, getuk goreng Sokaraja ditetapkan sebagai warisan budaya nasional bukan benda (intangible) oleh Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. Panganan khas ini mudah ditemukan di berbagai toko oleh-oleh di sekitar Jalan Jenderal Soedirman Banyumas.